Anwar Khumaini - detikPemilu
Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersuara lantang soal cawapres Boediono yang dipilih SBY. Sebagai anggota koalisi, PKS menganggap tidak dilibatkan dalam penentuan nama Boediono. Tapi apakah cuma itu saja sebenarnya yang diinginkan PKS?
"Apa sih yang diinginkan PKS? Jangan-jangan ini cuma masalah transaksi saja, tidak koalisi," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito kepada detikcom, Kamis (15/5/2009).
PKS, menurut Arie, sudah terjebak dalam pragmatisme politik. "Tapi memang PKS aneh sekali. Dulu nggak suka JK jadi cawapres SBY, sekarang malah dukung JK," kata pria kalem ini.
Perdebatan yang saat ini ada, lanjut Arie, cuma sebatas bagi-bagi jabatan saja sehingga malah justru merendahkan citra parpol di mata masyarakat. "Ini membuat reputasi parpol buruk di mata rakyat. Jangan salahkan jika rakyat membangkang," imbuh pria yang menulis disertasi soal PKS ini.
Namun demikian, suara keras PKS ini menurut Arie juga disebabkan oleh kesalahan SBY. SBY, sebagai pelopor koalisi, tidak mempraktekkan komunikasi politik yang baik bagi partai peserta koalisi.
"Kesalahan SBY, SBY perlu komunikasi dengan mereka bagaimana respons mengambil keputusan. Jadi harus dicatat bahwa partai koalisi harus proaktif, harus komunikatif di antara mereka," pungkas Arie.
( anw / nrl )
"Apa sih yang diinginkan PKS? Jangan-jangan ini cuma masalah transaksi saja, tidak koalisi," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito kepada detikcom, Kamis (15/5/2009).
PKS, menurut Arie, sudah terjebak dalam pragmatisme politik. "Tapi memang PKS aneh sekali. Dulu nggak suka JK jadi cawapres SBY, sekarang malah dukung JK," kata pria kalem ini.
Perdebatan yang saat ini ada, lanjut Arie, cuma sebatas bagi-bagi jabatan saja sehingga malah justru merendahkan citra parpol di mata masyarakat. "Ini membuat reputasi parpol buruk di mata rakyat. Jangan salahkan jika rakyat membangkang," imbuh pria yang menulis disertasi soal PKS ini.
Namun demikian, suara keras PKS ini menurut Arie juga disebabkan oleh kesalahan SBY. SBY, sebagai pelopor koalisi, tidak mempraktekkan komunikasi politik yang baik bagi partai peserta koalisi.
"Kesalahan SBY, SBY perlu komunikasi dengan mereka bagaimana respons mengambil keputusan. Jadi harus dicatat bahwa partai koalisi harus proaktif, harus komunikatif di antara mereka," pungkas Arie.
( anw / nrl )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar