Kamis, September 11, 2008

Indonesia Resmi Keluar dari OPEC

JAKARTA (RP) - Indonesia akhirnya secara resmi menyatakan mundur dari keanggotaan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Keputusan itu disampaikan dalam Konferensi Ke-149 OPEC yang berlangsung 9–10 September 2008, di Wina, Austria. ’’OPEC memahami situasi Indonesia sebagai net oil importer,’’ kata Gubernur OPEC untuk Indonesia Maizar Rahman melalui pesan singkatnya, Rabu (10/9).

Menurut dia, peserta konferensi dan Indonesia sepakat dengan status suspensi keanggotaan. Mereka juga mengharapkan Indonesia dapat kembali menjadi anggota OPEC sepenuhnya. ’’Bila situasinya sudah memungkinkan,’’ terangnya.

Dengan demikian, Indonesia mengakhiri keanggotaan selama 47 tahun di OPEC. Indonesia tercatat bergabung dengan OPEC pada 1961. Indonesia juga satu-satunya wakil Asia di OPEC.

Keputusan keluar dari OPEC yang didengungkan pemerintah sejak Mei lalu itu dipicu oleh produksi minyak mentah yang terus turun, dari 1,6 juta barel per hari (bph) pada 1996 menjadi hanya sekitar 970 ribu bph tahun ini. Tahun depan produksi diperkirakan kembali turun ke angka 960 ribu bph.

Di sisi lain, konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat yang hingga kini mencapai 1,3 juta bph. Kondisi itu membuat Indonesia menyandang predikat net oil importer. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia akan bergabung lagi dengan OPEC jika produksi minyak kembali meningkat. ’’Jika produksi kita sudah kembali pada level yang memberi kita status net oil exporter, saya pikir kita segera kembali ke OPEC,’’ ujarnya.

Menanggapi kemungkinan Indonesia kembali menjadi anggota OPEC, pengamat perminyakan Kurtubi menilai hal itu membutuhkan waktu panjang. Sebab, lanjut dia, upaya menggenjot produksi minyak tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

’’Mungkin sepuluh tahun lagi. Saat itu produksi bisa di atas konsumsi, dan Indonesia kembali jadi net exporter,’’ katanya.

Menurut dia, upaya menaikkan produksi tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan lapangan-lapangan minyak yang sudah ada saat ini (eksisting) yang terus mengalami penurunan alamiah atau natural declining rate 13 persen tiap tahun. ’’Tetapi, harus dengan penemuan-penemuan cadangan baru,’’ terangnya.

Hal senada diungkapkan pengamat perminyakan dari Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto. Menurut dia, sulit bagi Indonesia menaikkan produksi secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Apalagi, konsumsi BBM nasional naik 6-7 persen per tahun.

’’Jadi, meski OPEC membuka kesempatan untuk bisa masuk lagi, prediksi saya, itu akan sulit tercapai dalam lima tahun ke depan,’’ ujarnya.

Selain berpamitan, Indonesia memanfaatkan momen sidang OPEC tersebut untuk menjalin kerja sama bilateral dengan beberapa negara. Menurut Maizar Rahman, di luar agenda sidang, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengadakan pertemuan bilateral dengan menteri dari Aljazair, Iraq, dan Equador. ’’Pertemuan dilakukan untuk kerja sama eksplorasi dan produksi Migas di negara-negara tersebut maupun impor minyak mentah dan elpiji dari Aljazair,’’ katanya.

Pangkas Produksi

Hal penting lain yang diambil dalam sidang OPEC kemarin adalah keputusan memangkas produksi minyak OPEC. Menurut Maizar, 13 anggota OPEC melihat bahwa dunia cukup mendapatkan pasokan minyak. ’’Karena itu, OPEC memutuskan kembali pada tingkat produksi September 2007, yakni 28,8 juta barel per hari. Itu termasuk Angola dan Equador, serta di luar Indonesia dan Iraq,’’ terangnya.

Dengan kembali ke level produksi 28,8 juta bph, berarti OPEC memangkas produksi harian 520 ribu barel. Sebelumnya, Ahad lalu (7/9), Maizar mengatakan, para petinggi OPEC memang sudah mencapai kesepakatan tidak resmi (unofficial) untuk menjaga harga minyak agar tidak terus turun. Caranya, memangkas produksi minyaknya.

Meski hanya memasok sekitar 37 persen dari total kebutuhan minyak dunia, OPEC tetap memiliki peran signifikan dalam memengaruhi fluktuasi harga minyak dunia. Keputusan OPEC tersebut langsung direaksi pasar, sebagaimana dilansir AFP. Pada perdagangan kemarin pagi di Asia, minyak jenis light sweet untuk pengiriman Oktober naik 84 sen dolar AS menjadi 104,10 dolar AS per barel. Sementara north brent sea naik 63 sen dolar AS menjadi 100,97 dolar AS per barel.(owi/iro/jpnn)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com