Selasa, September 23, 2008

Yang Kalah Mesti Lapang Dada

JAKARTA (RP) - Pesta demokrasi pemilihan langsung Gubernur Riau (Pilgubri) sudah berakhir dan sudah berjalan secara damai dan demokratis.

Meski belum ada pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Riau tentang siapa pasangan calon yang menjadi pemenang, namun berdasarkan perhitungan cepat (quick count) versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI), pasangan Rusli Zainal-Mambang Mit (RZ-MM) secara meyakinkan akan kembali memimpin Riau untuk periode 2008-2013.

Oleh karena itu, semua pihak harus bisa dengan ikhlas dan lapang dada menerima hasil Pilgubri tersebut, terutama pasangan Chaidir-Suryadi Khusaini (CS) dan Thamsir Rachman-Taufan Andoso Yakin (Tampan) bersama semua pendukung kedua pasangan calon tersebut.

Harapan tersebut disampaikan dua tokoh nasional asal Riau, yakni Prof Dr Maswadi Rauf dan Dr Alfitra Salamm secara terpisah kepada Riau Pos, di Jakarta, Senin (22/9). ‘’Kita sangat gembira karena sejauh ini kita melihat semua tahapan Pilkada Riau dapat berjalan secara damai dan demokratis. Makanya, dengan telah berakhirnya Pilkada ini, kita minta kepada pasangan calon yang kalah (CS dan Tampan) untuk menerima dengan ikhlas hasil Pilkada ini. Pasangan calon yang kalah jangan sampai berusaha menghasut para pendukungnya untuk berbuat anarkhis, sehingga mengakibatkan konflik di tengah masyarakat Riau,’’ harap Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia (UI) itu.

Maswadi tidak mengada-ada, karena di beberapa daerah, Pilkada justru berakhir dengan konflik yang tidak berujung. Misalnya saja Pilkada Maluku Utara (Malut) yang hingga kini belum ada titik terang penyelesaiannya. ‘’Kita masyarakat Riau jangan sampai seperti itu. Memang tidak bisa hanya sekadar ikhlas menerima kekalahan, tapi juga harus bisa menahan diri dan tidak berusaha melakukan mobilisasi massa yang bisa berakhir dengan bentrok antarpendukung. Karena pada akhirnya yang dirugikan adalah masyarakat sendiri. Jadi, pasangan calon yang kalah harus bisa menenangkan para pendukungnya untuk menerima dan tidak bertindak liar,’’ tegas pria asal Kuansing itu meyakinkan.

Bila memang ditemukan adanya kecurangan dalam pelaksanaan Pilkada, baik Maswadi maupun Alfitra menyarankan agar membawa kasus tersebut ke jalur hukum. Upaya protes dengan cara memobilisasi massa secara besar-besaran, menurut keduanya, tidak efektif dan tidak aman.

‘’Kalau ada yang merasa dicurangi, lebih baik diselesaikan secara hukum dari pada menggerakkan massa secara besar-besaran, karena yakinlah masyarakat tidak akan diuntungkan,’’ tegas Maswadi yang dikuatkan Alfitra.

Beban Berat

Sementara terhadap pasangan calon yang menang, yakni RZ-MM, baik Maswadi maupun Alfitra menyebut bahwa di pundak RZ-MM kini terdapat beban berat, yakni memenuhi segala janji yang telah diucapkan saat melakukan kampanye, atau tegasnya bagaimana mensejahterakan masyarakat Riau. Apalagi khusus bagi RZ, dirinya sudah tidak punya kepentingan politik lagi, karena pada Pilkada 2013 sudah tidak bisa mencalonkan diri sebagai Gubri.

‘’Bagi RZ terutama, kemenangan ini menjadi beban dan tanggung jawab yang sangat berat. Sebab, RZ sudah masuk ke periode kedua sebagai Gubernur Riau dan tentu tidak bisa mencalonkan diri lagi untuk Pilkada selanjutnya, sehingga RZ sudah tidak punya kepentingan politik bagi dirinya pribadi seperti pada periode pertama,’’ ulas Maswadi.

Pada periode kedua ini, ucap Maswadi, RZ dituntut untuk benar-benar berbuat demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Riau. RZ memang sudah tidak berkepentingan ‘’menebar pesona’’ kepada masyarakat seperti pada periode pertama agar terpilih lagi pada periode kedua. ‘’Di sinilah tantangan berat bagi RZ. Bila dia punya harga diri dan mampu menjaga integritas dirinya, maka dia akan bersungguh-sungguh membangun Riau,’’ ucapnya.

Namun, lagi-lagi Maswadi mengingatkan, banyak di antara pemimpin yang tidak bisa menahan godaan sehingga berbuat semaunya tanpa memikirkan kepentingan rakyat banyak. ‘’Jadi RZ memang sudah tidak punya kepentingan politik secara pribadi. Tapi kalau dia berhasil memakmurkan Riau, maka dia akan tercatat sebagai seorang gubernur yang memang bersungguh-sungguh berbuat untuk masyarakat yang dipimpinnya. Tapi kalau sebaliknya, dia akan dikenang sebagai gubernur yang ternyata hanya baik kepada rakyat saat ada kepentingan. Begitu kepentingannya terpenuhi, dia lalu meninggalkan rakyatnya,’’ kata Maswadi panjang-lebar.(eyd)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com