Chaidir Anwar Tanjung - hotMusic
Pekanbaru - Rencana konser Ungu di Masjid Agung Pekanbaru menuai protes. MUI Provinsi Riau dan Hizbut Tahir Indonesia (HTI) Riau menilai konser tersebut telah menodai kesucian masjid sebagai tempat ibadah.
“Penyelenggaraan konser musik di areal masjid akan menodai kesucian masjid dan suasana Ramadan. Selain itu pada konser musik tersebut dikhawatirkan terjadi ikhtilat yakni percampuran antara laki-laki dan perempuan,” kata Ketua MUI Provinsi Riau, Mahdini kepada wartawan, Jumat (12/09/2008) di Pekanbaru.
Untuk mencegah pelaksanaan konser musik di halaman masjid Agung itu, menurut Ketua MUI Riau, pihaknya sudah melayangkan surat keberatan pada Badan Pengelola Masjid Agung An Nur. ''MUI telah layangkan surat keberatan atas konser tersebut, dan surat keberatan itu kami tembuskan ke berbagai pihak, termasuk gubernur,'' ujar Mahdini.
Penolakan serupa dikemukakan Ketua HTI Riau Muhammadun. ''Lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya. Akan terjadi ikhtilath. Ikhtilath jelas dilarang dalam Islam. Di luar masjid saja dilarang, apalagi di areal masjid,'' katanya.
Muhammadun menambahkan, konser musik tersebut dimanfaatkan oleh kepentingan kapitalisme. ''Kapitalisme berada di belakang ini, mereka memanfaatkan momentum Ramadhan. Umat Islam jangan mau diperalat. Ustadz-ustadz yang dihadirkan juga pasti diperalat oleh kepentingan ini,'' ujar Muhammadun prihatin.
Menurut Mahdini, pihaknya juga telah mengingatkan Badan Pengelola masjid Agung untuk selektif dan mengatur setiap kegiatan yang diselenggarakan di areal masjid. ''Jangan sampai menodai masjid, jaga perasaan umat Islam,'' katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Riau Eddy Akhmad RM mengatakan, tindakan dan upaya penodaan Masjid Agung An-Nur, bukan saja atas rencana konser Ungu yang akan diselenggarakan saat ini. Sebeb menurutnya, selama ini apa yang dikhawatirkan MUI akan terjadi ikhtilat, justru telah terjadi, ketika pengelola Masjid An-Nur mengkomersialkan aula masjid untuk kepentingan umum seperti pesta perkawinan.
"Itu lebih parah lagi. Semua orang lelaki dan perempuan bergabung. Bahkan penyanyi organ tunggal yang mengiringi pesta perkawinan jauh lebih parah seksinya. Nah, kenapa hal itu tidak menjadi sorotan MUI?” ujar Sekteraris Umum PDK Riau ini.
Oleh sebab itu, Eddy mengharapkan agar MUI tidak terlalu berlebihan dengan rencana konser Ungu. Kalau seandainya, mereka hadir dengan lagu-lagu religius, kenapa harus dilarang?
“Kalau mau larang, ya harus konsisten. Larang juga penggunaan aula masjid untuk kepentingan umum yang jauh berdampak negatifnya itu. Masa gajah di pelupuk mata tak kelihatan, cucu semut di seberang lautan malah kelihatan,’’ ujar Eddy.
(cha/yla)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar