Rabu, Februari 04, 2009

”Jangan Biarkan Saya Sendiri Bang..."

MEDAN (RP) - “Jangan biarkan saya sendiri bang, saya mau memimpin sidang. Mereka mau datang” Penggalan kalimat itu merupakan pesan terakhir yang disampaikan almarhum Ketua DPRD Sumut Aziz Angkat melalui pesan singkatnya kepada Ketua Harian DPD Partai Golkar Sumut Syahdan sesaat sebelum peristiwa nahas yang akhirnya merenggut nayawanya.

‘’Tadi dia sms saya. Katanya dia mau sidang, dia minta ditemani saya nggak tahu,” ungkap Syahdan menceritakan kejadian itu. Dia mengaku tak percaya jika pesan itu merupakan pesan terakhir Aziz pada dirinya.

Syahdan mengaku kecewa dengan prilaku brutal yang dilakukan masyarakat pendukung pembentukan Protap itu. Sebab dalam menyampaikan aspirasinya harusnya masyarakat menggunakan cara yang wajar dan sesuai prosedur.

Lagian kata Syahdan, Aziz selama ini dikenal sebagai tokoh yang teguh dengan komitmen. Menurutnya selama ini dia tetap memperhatikan Protap, namun karena masih ada yang belum dilengkapi Aziz belum mau. ‘’Dia pasti menyelesaikannya sesuai aturan. dia itu orang baik,” kata pria yang juga Ketua DPRD Medan itu.

Syahdan mengaku belum tahu pasti penyebab kematian keder partainya itu. Namun katanya, dari informasi yang didapat Aziz tewas akibat dianiaya. Sebab saat kejadian itu personil polisi tak cukup banyak yang mengamankannya. Sehingga massa leluasa menendang dan memukuli almarhum.

‘’Itu yang kita dengar. Tapi belum bisa dipastikan,” lanjutnya. Syahdan bilang pihaknya masih berharap pada hasil fisum dari pihak Rumah Sakit DR Pirngadi Medan. Dari hasil itu, kata dia, pihaknya dapat mengetahui penyebab kematian kadernya itu.

Dengan bukti itu, lanjutnya, pihaknya akan melayangkan gugatan atas aksi tersebut kepada panitia pembentukan Protap. ‘’Kita pasti melakukan tuntutan. ini aksi yang sangat buruk. Kita menyayangkan aksi ini,” ujarnya.

Lalu apakah Golkar akan melakukan pengerahan massa? Syahdan membantah. Dia mengaku pihaknya tak akan membalas perlakukan itu, dia lebih memilih prosedur hukum untuk menangani tindakan tersebut. ‘’Tidak benar kita mau menyerang mereka,” tandasnya.

“Sudahlah, tak sanggup kau itu. Jadi PNS saja kau atau lanjutkan kuliah mu,” kata Aziz ditirukan Agung.

Pesan Terakhir Buat Anak
Kabar meninggalnya Drs H Abdul Aziz Angkat MSP membuat seluruh anggota keluarga terpukul. Betapa tidak, satu hari sebelum meninggal, almarhum bersama keluarga merayakan syukuran wisuda putra keduanya yakni Agung Angkat.

Suasana haru terlihat di rumah duka Jalan Eka Rasmi, Gang Pipa Air Bersih, Kecamatan Medan Johor, Selasa (3/2). Ini karena Abdul Aziz Angkat meninggal dunia setelah aksi demo massa pendukung Provinsi Tapanuli di Gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan.

Kondisi itu membuat anggota keluarga merasa kehilangan. Agung Angkat, putra kedua pasangan Aziz Angkat dan Tiurnalis Siregar merasa terpukul atas kejadian itu. “Tadi pagi saya masih bincang-bincang dengan bapak (Aziz Angkat, red). Dia bahkan, membanggakan ucapan selamat atas wisuda saya yang dimuat di salah satu media lokal di Medan,” kata Agung yang Senin (2/2) diwisuda menjadi Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU).

Kondisi orangtuanya pagi itu masih sehat dan berangkat ke kantor DPRD Sumut seperti biasa. Agung tahu orang tuanya meninggal ketika berada di Rumah Sakit Glenni Hospital Medan. Agung datang ke rumah sakit itu setelah ada pemberitahuan bahwa orangtua pingsan setelah menerima massa pendukung Protap.

Dua hari sebelum meninggal dunia, almarhum sempat berpesan kepada Agung agar setelah diwisuda melanjutkan pendidikannya ke jenjang S-2. “Bapak pesan agar saya melanjutkan kuliah atau masuk PNS (Pegawai Negeri Sipil) saya,” kenang Agung.

Sebelumnya Agung bercita-cita sebagai politisi menggantikan ayahnya. Sebab kemampuan Agung sebagai politisi ini sudah ditunjukkannya sebagai salah satu aktivis HMI di kampusnya. Bahkan di Pemilu 9 April 2009, Agung Angkat tercatat sebagai salah satu Caleg DPRD Sumut dari Dapem Sumut 1 (Kota Medan).

Dalam pesan itu, kenang Agung, almarhum sempat mengatakan bahwa dia tidak akan sanggup menjadi politisi. “Sudahlah, tak sanggup kau itu. Jadi PNS saja kau atau lanjutkan kuliah mu,” kata Aziz ditirukan Agung. Ia tak menyangka bahwa pesan yang disampaikan bapaknya itu merupakan pesan terakhir orangtuanya.

Kondisi ini juga dirasakan, Sutan putra bungsu almarhum. Dia sedih dan terus menangis melihat bapaknya meninggal. Beberapa pelayat yang menyapa Sutan selalu mengucapkan kalimat “Sabar” dalam menerima musibah tersebut. Demikian juga dengan keluarga dekat lainnya. Tiurnalis Siregar, istri almarhum juga tak kuasa melihat kejadian tersebut. Ia terus menangis sambil memeluk almarhum yang terbaring di hadapannya.

Buat Pengaduan ke Polisi
Perkataan siswa kelas III SMA Sutomo I ini begitu tegas, dia meminta pelaku penganiayaan terhadap ayahnya segera ditangkap, sebab ayahnya tidak pernah bersalah dalam persoalan ini. selama ini ayahnya memang sering cerita tentang pembentukan Protap ketika ditanyakan oleh abang-abangnya. Tapi, ayah memang selalu memberikan cerita panjang tentang Protap kepada abang-abangnya.

Outopsi di RSU Pirngadi usai dilaksanakan pada pukul 18.50 WIB. Alm Aziz dibawa dari RSU Pirngadi ke rumah duka dengan mobil ambulance 118. Rencananya, Alm Aziz dimakamkan hari ini di perkuburan muslim di Kota Medan.

Kembali di rumahnya, Tiurnalis terus menangis dan menciumi Almarhum Aziz berulang kali. Tak ada ucapan selain tangisan yang menderu darinya. Anak-anaknya pun turun memeluk ibunya serta memagang jenazah ayahnya yang sudah terbujur kaku.

Anugerah Maulidin Angkat mengatakan ayahnya sangat tegas terhadap pembentukan Protap ini. Apalagi sempat dibilangnya bahwa Protap belum tepat untuk dimekarkan menjadi sebuah provinsi baru pecahan Sumut. “Karena menurut ayah, Protap belum waktunya dimekarkan. Meninggalnya ayah saya ada kejanggalan, kami sudah buat laporan dan meminta agar pelaku diusut tuntas,” ucapnya sambil menyeka air matanya yang menetes.

Pengamanan Polisi Lemah
Sementara itu, anak kedua Aziz Angkat, Agung Arif Wibowo (24) resmi membuat pengaduan di Poltabes Medan.”Ayah saya meninggal karena dianiya karena ada luka di wajah dan bukti koyaknya baju yang dikenakannya,” katanya singkat sembari menuju ruang periksa Serse Jahtanras Poltabes Medan ini.

Pria bertubuh jangkung ini datang tidak sendiri. Alumni Universitas Sumatera Utara yang baru diwisuda ini datang bersama paman dan bibinya, S Kaloko dan Nani. Dalam pengaduannya Agung didampingi bibinya Nani. ”Tunggu saja hasilnya, kami lagi membuat pengaduan,” kata Nani tegas.

Sementara itu Kaloko memilih duduk di kursi panjang yang biasa disediakan bagi pengunjung. Kaloko memperhatikan satu per satu wartawan yang mendekatinya. Wajahnya tegang. Ia pun menyebutkan satu media yang tak ingin dihadapinya. Setelah mendapat kepastian bahwa media yang dimaksudnya tidak berada di hadapannya, Kaloko pun berkementar. ”Saya ini sepupu Aziz Angkat, ibu saya dengan ibunya beradik,” akunya.

Ia dan keluarganya menyesalkan tindakkan anarkis yang dilakukan pendukung pembentukan Protap. Pria bertubuh subur ini menganggap massa bertindak main hakim sendiri terhadap tokoh masyarakat. ”pakah demokrasi seperti ini, harus dibayar dengan nyawa, hukum seperti apa ini,” tegasnya. Ia menilai massa terlalu emosianal dalam memperjuangkan pembentukan Protap. Seharusnya, mereka bersabar karena sidang paripurna untuk membahas Protap tinggal ada satu hari lagi,” keluhnya.

Dengan kejadian ini, Kaloko dan keluarga Aziz lainnya meminta kepolisian menindak tegas pelaku yang menyebabkan Aziz meninggal dunia.”Kami memang belum bisa menyimpulkan penyebab kematiannya karena apa, itu tergantung hasil visum tapi melihat kondisi wajah yang memar dan pakaiannya koyak dia itu tewas akibat dianiaya,” ujarnya. Diakuinya Kaloko bahwa almarhum memiliki penyakit jantung, tapi itu sudah lama sembuh dan sebelumnya ia dalam kondisi sehar waalfiat.

Selain memprotes aksi pendukung massa, kaloko juga memprotes pengamanan yang dilakukan pihak kepolisian. Ia menilai pengamanan yang dilakukan polisi terlalu lemah. “Kalau tidak lemah tidak mungkin terjadi seperti ini,” ujarnya.

Menyangkut pengamanan ini Kapoltabes Medan, Kombes Pol Aton Suhartono yang dihubungi via telepon genggam enggan mengangkat telepon. Hingga sore harinya beberapa pejabat teras Polda Sumut menggelar rapat mendadak di ruang Kapoltabes Medan. Termasuk salah satunya Kabid Humas Poldasu. Hanya Kabid Humas Poldasu yang turun menemui wartawan usai mereka menggelar rapat.

Disinggun masalah pengamanan yang dilakukan polisi terlalu lemah, Kabid Humas membantah pengamanan yang mereka lakukan lemah.”Kita menempatkan satu peleton personel di sana termasuk menempatkan anggota di ruang paripurna,” katanya. Hanya saja polisi tidak dapat berbuat banyak karena saat digelarnya siding paripurna dilakukan secara terbuka sehingga masyarakat leluasa masuk.

Untuk memastikan penyebab kematian Aziz Angkat polisi masih menunggu hasil visum. ika nanti adanya ditemukan bekas penganiyaan itu akan menjadi catatan di kepolisian. Begitu juga dengan pengerusakan yang dilakukan massa pendukung Protap. Sebenarnya aksi demo yang dilakukan pendukung Protap sudah melanggar aturan. Karena ijin demo mereka belum ada dikeluarkan kepolisian. ”Mereka memberitahukannya sehari sebelum demo. Padahal aturannya, tiga hari sebelum aksi harus sudah ada surat pemberitahuan kepada polisi,” jelas Baharuddin.(wan/dra/den/rpg/noe/iw/rdl/jpnn)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com