Minggu, Februari 08, 2009

Tersangka Demo Maut di Medan Dipenjara

SBY Kecam Anarkisme
MEDAN (RP) - Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan tidak ada berguna. Itulah yang dirasakan Candra Panggabean Cs, yang menjadi tersangka demo maut di DPRD Sumut yang merenggut nyawa Ketua DPRD Sumut H Abdul Azis Angkat. Rasa penyesalan itu tampak saat mereka digiring ke dalam sel Poltabes Medan.

Candra Panggabean bersama tersangka lainnya, Viktor Siahaan, Burhanuddin Raja Gukguk dan Datumira Simanjuntak dan lainnya saling berpelukan sembari meneteskan air mata, Kamis (5/2) pagi. Mereka terlihat menangis terisak.

Mereka tak lagi berjas dan berdasi, seperti pertama kali saat ditangkap di Grand Antares, Jalan SM Raja, kemarin. Pakaian kebesaran mereka itu kini berubah. Celana ponggol dan kemeja biru yang di bagian belakangnya tertulis ‘’Tahanan Poltabes Medan’’ kini melapisi tubuh mereka. Wajahnya yang biasanya garang dan gagah, kemarin terlihat layu. Satu per satu mereka dibariskan, kemudian diberi tanda pengenal tahanan. Mereka kemudian difoto oleh petugas. Begitulah yang dialami GM Candra Panggabean, Viktor Siahaan, Datumira Simanjuntak dan Burhanuddin Rajagukguk, Gelmok Samosir, Jon Haidir Samosir dan Parles Sianturi.

Petugas jaga, dari Sabhara dan Provost mengawasi ketat satu-per satu dari mereka. Tak tertahan lagi, tangisan pun mewarnai kembali pertemuan ini. Aksi tangis dan pelukan mereka itu sempat menjadi tontonan para pengunjung dan tahanan di dalam sel. Sambil cipika-cipiki (cium pipi kanan-cium pipi kiri, red), mereka saling menenangkan diri mengatakan, ‘’Sabar ya.’’

Usai acara tangis-tangisan, keempat pentolan dalam aksi unjuk rasa yang menewaskan Ketua DPRD Sumut Abdul Aziz Angkat pada 3 Februari 2009 lalu, duduk sejajar dan berdampingan di kursi panjang terbuat dari kayu yang tersedia di luar Ruang Tahanan Mapoltabes (RTP). GM Candra Panggabean lebih banyak menundukkan kepalanuya. Keresahan hati mereka sedikit terobati. Begitu sanak keluarga mereka datang menjenguk. Tangisanpun kembali mewarnai dari kunjungan itu. Candra memilih duduk paling sudut, sehingga luput dari pantauan wartawan.

Sementara itu, Datumira tampak menggendong seorang bayi. Datumira masih sempat melemparkan senyum dan melambaikan tangan kepada wartawan koran ini. Profesor yang dikenal vokal ini, kelihatan lebih santun di dalam sel. Dan ia masih sempat menegur wartawan koran ini, dan langsung disodorkan pertanyaan. ‘’Apa komentar Bapak tentang kasus Bapak ini,’’ teriak wartawan koran ini dari luar sel. Datumira pun kembali tersenyum dan sembari mendekati. ‘’Saya nggak berani memberi komentar karena tak diberi izin, lebih baik wawancara kepada pengacara kami saja,’’ jawabnya.

Keluarga Datumira melihat ia mendekati wartawan, langsung menarik tubuhnya dan menggiringnya ke tempat duduk yang disediakan bagi pengunjung tahanan.

Begitu juga dengan Viktor Siahaan. Wartawan senior yang biasa memiliki suara besar ini, memilih berdiam diri, tak ada sepatah katapun terdengar darinya. Begitu juga dengan Burhanuddin Rajagukguk, yang sebelumnya terlihat garang sewaktu digiring ke Mapoltabes, kini lebih banyak tersenyum saat ditanya wartawan. Tak sepatah pun jawaban yang keluar dari mulutnya.

Tampaknya tidak ada perbedaan yang diberikan polisi kepada tahanan ini. Aiptu Barus, sebagai petugas Provost memantau pengawasan yang dilakukan petugas jaga dari Sabhara. ‘’Semua tahanan yang dijenguk harus dicatat,’’ perintahnya kepada petugas jaga.

Ada lima petugas jaga di dalam sel tahanan itu. Belum termasuk Barus. ‘’Tahanan mereka (Candra Cs) dipisahkan, tidak satu tahanan,’’ jelas polisi bertubuh jangkung ini.

Apa yang disebut Barus benar. Candra ditempatkan di Blok F, ruang penjara yang paling tenang di antara ruang tahanan lainnya. Karena ruangannya terpisah dengan ruang sel lainnya. Burhanuddin Rajagukguk di Blok E. Datumira di Blok B, Parles Sianturi di Blok C bersama dengan Jon Haidir Samosir, sedangkan Gelmok dan Viktor Siahaan berada di Blok D.

Pengantar Peti Mati Ditahan
Sementara itu, petugas gabungan Poltabes Medan dan Polda Sumut berhasil mengamankan beberapa barang bukti seperti peti mati yang yang disewa massa pendukung Protap saat demo di DPRD Sumut, Kamis (5/2). Selain menyita sebuah peti mati sewaan, polisi juga mengamankan pemilik peti mati bernama JE Simbolon (69) warga Jalan Kapten Muslim No 195 Medan.

Polisi juga mengamankan seorang penarik becak bermotor (betor) bernama Sudirman (45) warga Pulo Brayan Bengkel, yang membawakan peti mati tersebut ke gedung DPRD Sumut. Kedua orang tersebut diamankan kemarin dari kediaman masing-masing.

‘’Saya tidak tahu kalau kejadiannya seperti ini. Memang peti mati itu saya sewakan pada seseorang yang mengaku bermarga Sidauruk, dengan perjanjian sewa-menyewa sebesar Rp700 ribu,’’ kata Simbolon, pengusaha kosen kayu dan peti mati itu. Pria paruh baya yang telah beruban ini nekat menyewakan peti matinya karena tergiur dengan imbalan sewa sebesar Rp700 ribu yang dianggapnya sangat menguntungkan.

Atas perjanjian sewa menyewa itulah JE Simbolon lantas menyuruh Sudirman (penarik Betor) untuk mengantarkan peti mati tersebut ke kantor DPRD Sumut Jalan Imam Bonjol Medan dengan mendapatkan imbalan ongkos sebesar Rp30 ribu. ‘’Siapa yang tidak mau uang sebesar Rp700 ribu, makanya peti mati itu saya sewakan. Namun sialnya hingga saat ini uang sewa peti mati itu belum saya terima dan saya tidak tahu orang yang menyewa peti mati itu kemana, karena hingga saat ini dia tidak datang lagi,’’ katanya lagi.

Ia juga menambahkan, dirinya mengetahui kalau peti mati itu disewa untuk kepentingan unjuk rasa Protap. Oleh karena itu, Simbolon melakukan perjanjian dengan salah seorang yang tidak diketahui namanya (marganya Sidauru), yang dalam perjanjian tersebut apabila peti mati itu rusak, maka yang menyewa harus mengganti rugi sebesar Rp1,5 juta.

Selain itu mengamankan kedua orang tersebut, polisi juga menangkap seorang dosen dari Universitas Katholik (Unika) St Thomas Medan bernama Timbul Raja, dan tiga orang mahasiswa Universitas Sisingamangaraja (USI) XII Medan, sekitar pukul 17.00 WIB dari kampus.

Ketiga mahasiswa Mahasiswa Universitas Sisingamangaraja Medan, masing-masing bernama Ganda Hutasoit warga Jalan Pelita I Lorong Toba Medan, Michael Sihite dan Roy F Sagala, mereka ditangkap polisi diduga keterlibatan dalam aksi demo. Hingga malam tadi mereka masih dalam pemeriksaan penyidik Poltabes Medan.

Bukan hanya itu, Poltabes Medan juga memanggil Azwir Sofyan anggota DPRD Sumut dari Fraksi PAN sebagai saksi untuk melihat rekaman ulang peristiwa berdarah di Kantor DPRD Sumut. Pasalnya, Azwir Sofyan yang menolong Aziz Angkat banyak mengenal massa yang melakukan pemukulan terhadap Aziz Angkat.

SBY Kecam Anarkisme
Langkah sigap kepolisian dengan menetapkan tersangka dari kasus unjuk rasa yang berbuntut anarkis belum membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpuas hati. Mantan Menko Polkam itu masih merasa perlu mengecam tindakan anarkisme yang berbuntut meninggalnya Ketua DPRD Sumut H Abdul Aziz Angkat.

‘’Satu jam setelah menerima berita itu, saya langsung berkomunikasi dengan Kapolri dan menteri-menteri terkait untuk melakukan sesuatu dan mencegah terjadinya bentrokan yang lebih serius,’’ ujarnya saat meninjau pabrik PT Sinar Sosro di Jl Imam Bonjol Km 44, Desa Telaga Asih, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (5/2) pagi.

SBY menegaskan, bahwa demokrasi idealnya dijaga agar mekar di negeri ini. Penghormatan terhadap kebebasan dan hak asasi kita hormati tidak selayaknya berujung pada anarki, ‘’Semua itu, ada aturannya. Indonesia itu negara hukum. Rule of law mesti ditegakkan. Di depan kantor saya di Istana, sejak saya jadi Presiden, ratusan ribu berunjuk rasa. Tidak apa-apa, asalkan tertib, sesuai dengan aturan, temanya jelas,’’ lanjutnya.

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu menegaskan bahwa sepanjang tidak mengganggu, mengoyak, merobek kemanan dan ketertiban publik, hal-hal seperti itu harus dihormati. ‘’Kita harus siap hidup dalam alam demokrasi. Tetapi kalau sudah seperti itu, menangis nanti dan menyesal kita, kembali pada era gelap. Dipandang rendah bangsa-bangsa lain, dan kita sendiri merasa hidup tidak tentram,’’ ungkapnya.

Presiden mengingatkan bahwa untuk menjaga kebebasan dan hak asasi manusia karena itu amanat reformasi. ‘’Kita cegah kekerasan, pengrusakan, tindakan yang destruktif dan anarkis. Sikap saya harus jelas. Sikap saya jelas, hormati demokrasi, tentang anarki. Kasihan saudara-saudara kita yang lain,’’ tegasnya.

Publikasikan Otopsi
Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat DPP Partai Golkar, Surya Paloh meminta kepada aparat penegak hukum yakni Kapoltabes, Kapolda dan tim forensik kedokteran yang mengotopsi jasad Abdul Aziz Angkat untuk tidak menyembunyikan hasil otopsinya. Hasil otopsi harus dipublikasikan secara jujur dan terbuka.

‘’Kalau ada pihak-pihak yang ingin menyembunyikan hasil autopsy dari kedokteran menyatakan kematian Aziz Angkat akibat efek jantung dan semata-mata tidak ada unsur penganiayaan, ini akan memicu masalah yang tidak akan terselesaikan nantinya. Harus terbuka dan jujur,’’ tegas Surya Paloh di VIP Room Bandara Polonia, Kamis (5/2), saat hendak bertolak ke Jakarta.

Dikatakannya, apabila pihak keluarga almarhum Aziz Angkat tidak menerima hasil otopsi kedokteran dan menyatakan keberatan, Partai Golkar bertekad akan terus memperjuangkan kebenaran. ‘’Jika keluarga bisa menerima, Golkar tidak ada masalah. Tapi kalau keluarga almarhum keberatan, ini sebuah tanggungjawab moral Partai Golkar untuk memperjuangkan dengan mengecek ulang kenapa pihak keluarga tidak menerima hasil otopsi tersebut,’’ ujarnya.

Ditanya kemungkinan hasil otopsi tersebut dilakukan konspirasi, Paloh percaya hal tersebut tidak akan terjadi karena jika terjadi akan sangat berbahaya dan tidak akan tinggal diam. ‘’Partai Golkar tidak ingin suasana di Sumut yang dikenal kondusif terganggu akibat kepentingan oknum politik tertentu terhadap pembentukan Protap yang mengarah kepada SARA. ‘’Kita tidak mau Poso dipindahkan ke Sumut, ini sangat berbahaya sekali apabila terjadi. Maka itu Golkar mengajak semua pihak untuk menahan diri. Sebab, Golkar merupakan partai milik semua golongan,’’ jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, Partai Golkar akan menelusuri peran provokasi dalam kasus tewasnya Ketua DPRD Sumut, Aziz Angkat. Dalam hal ini, Golkar akan mengikuti perkembangan di lapangan dan mendalami sejauhmana peran provokasi saat kejadian tersebut. ‘’Tertangkapnya pelaku kerusuhan cukup membesarkan Partai Golkar sebagai langkah awal. Tapi bukan berarti masalah ini tuntas begitu saja, apalagi kalau tidak diambil pelakunya sampai ke akarnya,’’ tegasnya.

Partai Golkar juga terus melakukan investigasi atas peristiwa yang memilukan keluarga Besar Partai Golkar atas meninggalnya kader terbaiknya di Sumut meski belum ada kordinasi dengan pihak kepolisian. ‘’Jika kita diminta polisi untuk melakukan kerja sama, kita siap,’’ ucapnya.

Sebenarnya, tambah Paloh, aparat penegak hukum bisa mengantisipasi peristiwa yang mengambil korban jiwa Aziz Angkat. ‘’Saya pikir ini tidak bisa dibiarkan. Pihak kepolisian juga apakah memang sudah benar melakukan antisipasi. Jika kepolisian kecolongan, Partai Golkar memakluminya karena polisi juga bisa khilaf. Tapi harus dikatakan dengan jujur, transparansi,’’ kata dia.

Sementara itu, Tim Komisi III DPR RI, Maiyasyak Johan mengatakan, pihaknya akan melakukan investigasi dengan mengumpulkan bukti-bukti di lapangan. Hasilnya nanti akan dibawa dalam rapat DPR. ‘’Kita ke sini untuk melakukan investigasi, kita tunggu perkembangan di lapangan,’’ katanya di VIP Room Bandara Polonia, Kamis (5/2), didampingi 10 anggota DPR RI lainnya dan Kapoldasu, Irjen Pol Nanan Sukarna.

Disinggung banyaknya penilaian publik bahwa kepolisian gagal mengamankan dalam kasus ini, Maiyasyak belum bisa memastikannya. ‘’Kita lihat dulu di lapangan dengan mengumpulkan bukti-bukti, belum dapat dan terlalu cepat disimpulkan,’’ tegasnya.

Sedangkan Wakil Ketua MPR RI, Aksa Mahmud juga tiba di Bandara Polonia kemarin sore. Kedatangannya ke Medan diutus langsung oleh Wapres Yusuf Kalla untuk datang ke kediaman korban sebagai rasa bela sungkawa. ‘’Saya kemari mewakili Wapres Jusuf Kalla untuk menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga almarhum Aziz Angkat,’’ ujarnya singkat sambil buru-buru pergi.(ila/wan/rud/rpg/iw/jpnn/fia)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com