Selasa, Januari 27, 2009

AS Sedot Dolar, Rupiah Terseok

JAKARTA (RP) - Kondisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang AS diperkirakan akan terus melemah. Ini menyusul proyeksi bahwa kebutuhan dolar AS di negeri paman Sam itu akan terus meningkat seiring berbagai langkah dan kebijakan yang dilakukan oleh presiden terpilih Obama.

Langkah bank sentral AS yang diramal akan mempertahankan suku bunga berada di level rendah tidak cukup kuat untuk melonggarkan pasokan dolar di pasar global. Bunga yang rendah tersebut tidak cukup berarti karena perbankan AS masih pelit untuk mengeluarkan cadangan dolar yang dimilikinya.

Ekonom Edwin Sinaga menilai bahwa kondisi yang terjadi salat ini adalah minimnya pasokan dolar yang berada di pasar global. ‘’Investor asing lebih suka menginvestasikan dananya di negaranya sendiri yang saat ini sangat membutuhkan dana besar untuk membantu negaranya,’’ ujarnya di Jakarta Senin (26/1).

Edwin menilai bahwa pelaku lokal lebih hati-hati untuk melepas dolar AS, sehingga memicu mata uang asing itu menguat. Di AS misalnya, membutuhkan dana sebesar sekitar 800 miliar dolar AS untuk mendorong ekonominya yang saat ini tumbuh melambat.

‘’Amerika Serikat telah mengeluarkan paket stimulus untuk mendorong sektor infrastruktur tumbuh lebih cepat. Besarnya kebutuhan dana negara tersebut mengakibatkan peredaran dolar AS di pasar global semakin berkurang,’’ lanjutnya.

Dia juga menambahkan bahwa pasar global seharusnya mempunyai bank yang dapat memasok dalam jumlah yang besar, sehingga pasar global tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pasar. ‘’Ke depan bank yang dapat memasok dolar AS harus dapat dibentuk, sehingga kesulitan pasar tidak separah ini,’’ sambungnya.

Pendapat Edwin diaminnioleh pengamat pasar uang Farial Anwar menilai merosotnya rupiah dalam beberapa waktu terakhir disebabkan tingginya kebutuhan pelaku pasar terhadap dolar, sedangkan di sisi lain, pasokan dolar AS ke pasar agak seret. ‘’Rupiah terpuruk akibat permintaan pasar cukup besar,’’ imbuhnya.

Dari data yang dimiliki Bank Indonesia, kurs tengah Bank Indonesia melorot dari Rp11.211 menjadi Rp11.305 per dolar AS. Seretnya stok dolar terutama disebabkan kebutuhan dolar AS di pasar global sangat besar terutama dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi AS yang saat ini melambat. Selain itu, tingginya permintaan akan dolar AS bisa saja karena faktor emosional semata, bukan berdasarkan kebutuhan. ‘’Apalagi pemerintah masih menerapkan sistem rezim devisa bebas yang kurang menguntungkan bagi pergerakan rupiah,’’ kata Direktur Eksekutif Currency Asset Management tersebut.

Farial juga mengemukakan bahwa aktivitas perdagangan valas di pasar domestik pun agak lesu, karena investor asing membatasi ruang geraknya. ‘’Investor asing juga sangat hati-hati menempatkan dananya di pasar domestik. Tingginya risiko investasi di emerging market membuat pelaku pasar kadang tidak merasa nyaman,’’ katanya.(iw/fas)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com