Kamis, Januari 15, 2009

Kadin Minta TDL Rakyat Turun

JAKARTA (RP) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendesak pemerintah bukan hanya menurunkan tarif dasar listrik (TDL) untuk industri, tapi juga yang digunakan masyarakat umum. Menurut Kadin, hal itu bisa mendongkrak daya beli masyarakat terhadap produksi dalam negeri.

’’Seharusnya pemerintah menerapkan dua cara. Yaitu, penurunan tarif bagi industri dan tarif listrik bagi masyarakat umum,’’ ujar Ketua Umum Kadin Mohammad S Hidayat di Jakarta kemarin. Menurut dia, penurunan tariff listrik bagi pelanggan umum sangat membantu meringankan beban masyarakat yang sedang tertekan akibat dampak krisis global.

Hidayat mengaku senang pemerintah berani memangkas disinsentif listrik bagi industri. Hal itu sangat membantu banyak industri, terutama sektor-sektor yang beroperasi 24 jam. Jika penurunan tarif listrik industri ditunjang tarif listrik masyarakat umum, itu bisa menjadi sinergi yang seimbang. ’’Ini bisa menjadi bagian untuk memperkuat pasar dalam negeri,’’ ujarnya.

Seperti diberitakan, pemerintah telah menurunkan disinsentif listrik bagi industri pada waktu beban puncak (daya max plus). Dari rencana tambahan stimulus Rp38 triliun, pemerintah hanya mengucurkan Rp15 triliun. Dari anggaran tersebut, Rp10,2 triliun difokuskan pada belanja kementerian/lembaga (K/L). Sedangkan sisanya, Rp4,8 triliun, digunakan untuk menunjang pemangkasan disinsentif listrik dan subsidi solar 2009.

Menurut Hidayat, skenario yang paling memungkinkan untuk menurunkan tarif listrik bagi masyarakat ialah menyuntikkan tambahan subsidi bagi PLN dalam APBNP 2009. ’’Momennya sekarang tepat karena pemerintah akan mengajukan APBNP 2009. Paling tidak bisa diambil dari sisa Rp38 triliun yang dijanjikan sebelumnya,’’ ungkapnya.

Hingga kini, pemerintah belum berencana menurunkan tarif dasar listrik (TDL) bagi pelanggan rumah tangga. Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) Departemen ESDM J. Purwono mengatakan, dengan tarif saat ini pun, pemerintah masih memberikan subsidi besar. ’’Sebab, selisih BPP (biaya pokok penyediaan) listrik PLN dengan harga jual ke masyarakat masih sangat besar,’’ ujarnya tadi Rabu (14/1).

Dia menyebutkan, BPP saat harga minyak tinggi sempat mencapai Rp1.317 per kilowatt hour (kwh). Sedangkan BPP saat harga minyak turun seperti saat ini masih Rp1.023 per kwh. ’’Padahal, rata-rata harga jual di bawah Rp650 per kwh,’’ katanya.

Jika BPP listrik terus turun, baru terbuka kemungkinan bagi pemerintah meninjau penyesuaian TDL. ’’Kunci utamanya bergantung kepada BPP. Kalau masih jauh di atas harga jual, tentu sulit (untuk menurunkan TDL),’’ jelasnya.

Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bambang Soesatyo menambahkan, pemerintah juga perlu merangsang daya beli masyarakat. Salah satu di antaranya dengan cara menurunkan harga-harag bahan pokok. Sayang, hal itu tidak bisa segera dilakukan karena biaya transportasi perdagangan masih tinggi.

’’Tingginya biaya transportasi dalam sektor perdagangan menyebabkan dunia usaha sulit menurunkan harga jual,’’ tuturnya. Memang, sebagai respons turunnya harga BBM akan terjadi penurunan harga kebutuhan pokok dan aneka produk manufaktur lainnya, tetapi dalam skala relatif kecil. Skala penurunannya bisa lebih kecil daripada persentase penurunan harga bensin dan solar. ’’Saya kira itu masih jauh dari ekspektasi masyarakat,’’ jelasnya.

Banyak Menahan Beli Bensin
Jelang penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk ketiga kalinya untuk jenis bensin dan solar, terhitung pukul 00.00 WIB, Kamis (15/1) dinihari, banyak masyarakat yang memilih menahan untuk membeli BBM. Suasana lengang ini tampak terlihat dari kondisi sejumlah SPBU di Pekanbaru, Rabu (14/1) malam. Suasanaya sama seperti saat penurunan harga BBM sebelumnya.

Pantauan Riau Pos di sejumlah SPBU seperti di Jalan Hangtuah, Arifin Achmad, Sukarno Hatta tampak sepi. Sedangkan beberapa SPBU seperti di Jalan Sudirman malah tutup lebih awal. Menurut Boy, salah seorang petugas SPBU di Jalan Hangtuah, sejumlah pemilik kendaraan banyak yang menahan untuk membeli premium. ‘’Mereka beli satu dua liter saja. Mereka masih menunggu harga premium turun terhitung 15 Januari 2009 ini,’’ ujar Boy kepada Riau Pos.

Seorang pemilik kendaraan roda dua, Fitriadi kepada Riau Pos mengaku beberapa hari ini dia sengaja tak mengisi penuh bensin di tanki sepeda motor Honda Grand-nya. ‘’Besok pagi saya ingin memenuhkan, sekaligus merasakan membeli harga bensin Rp4500 per liternya,’’ terangnya.

Pantauan Riau Pos di SPBU Arifin Achmad, jelang pukul 00-00 WIB para petugas tampak bersiap-siap menyesuaikan tarif harga sesuai ketentuan yang telah diputuskan oleh pemerintah. Sementara di luar tampak sejumlah kendaraan bermotor yang memilih parkir sambil menunggu tarif harga yang terbaru. Tepat pukul 00-00 WIB, para petugas langsung menyesuaikan meteran untuk premium dengan meletakkan angka Rp4.500 per liter.(wir/owi/oki/jpnn/mir/ila)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com