Kamis, Januari 08, 2009

Soal Gaza, Obama Salahkan Bush

WASHINGTON DC (RP) - Presiden terpilih AS Barack Hussein Obama untuk kali pertama berkomentar atas terjadinya perang dan krisis di Gaza, Rabu (7/1). Dalam pernyataan resmi, dia mengutarakan keprihatinan yang mendalam atas pertempuran yang berkecamuk di Jalur Gaza.

Dia berjanji segera bekerja efektif dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah itu setelah dirinya resmi menjabat Presiden AS bulan ini. ’’Kami tidak akan mengkhianati janji saat kampanye. Ketika memulai awal pemerintahan, kami akan berupaya efektif dan konsisten mencoba menyelesaikan konflik-konflik yang muncul di Timur Tengah,’’ tegasnya.

Obama menuturkan, dirinya selama ini diam karena tidak ingin menggerogoti kebijakan pemerintahan Bush. ’’Presiden George Bush sebagai Presiden AS berbicara atas nama Pemerintah AS dan rakyat AS saat menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan internasional,’’ kata Obama yang akan dilantik pada 20 Januari tersebut.

Dia mengungkapkan, dirinya telah di-briefing (oleh para stafnya) mengenai pertempuran di Gaza dan mengawasi perkembangannya setiap hari. ’’Tegasnya, saya sangat memprihatinkan konflik yang berlaku di wilayah itu,’’ ungkapnya.

Pernyataan Obama tersebut berbeda dari pernyataan Pemerintahan Bush selama ini. Bush maupun Menlu Condoleezza Rice selalu menyalahkan Hamas sebagai pemicu perang.

Saat para diplomat sedang berupaya keras mendapat jalan damai, pertempuran di Jalur Gaza tetap berlangsung sengit. Selasa malam (6/1), pasukan Israel meluncurkan 40 serangan udara baru ke Gaza. Serangan tersebut menghancurkan 15 terowongan Hamas.

Bombardir itu dibalas tembakan sembilan roket oleh Hamas ke Israel Selatan dari wilayah Gaza pada Rabu pagi (7/1). Salah satu roket tersebut melukai seorang bayi Israel di Kota Gedera, sekitar 40 Km di utara Gaza.

Sementara itu, serangan Israel pada Selasa siang terhadap sebuah gedung sekolah yang dikelola PBB berbuntut panjang. Sekjen PBB Ban Ki-moon langsung mengutuk tindakan biadab tersebut. Dia menyatakan sulit menerima alasan Israel menghancurkan sekolah yang digunakan sebagai tempat berlindung warga yang melarikan diri dari rumah-rumah mereka itu.

Pejabat PBB menyebutkan, serangan brutal itu menewaskan 40 orang. ’’Harus diadakan investigasi independen atas tragedi itu,’’ tegas Ban Ki Moon.

Sejak perang pecah 12 hari lalu, PBB menjadikan 23 sekolah yang dikelola sebagai penampungan pengungsi darurat. Sampai kemarin, sudah 15 ribu warga menyesaki tempat perlindungan sementara tersebut.

Menjadi sasaran kecaman, militer Israel berdalih tentara mereka mendapat serangan mortir dari militan Hamas yang berada dalam sekolah itu. Namun, alasan tersebut dibantah Juru Bicara Misi Kemanusiaan PBB di Gaza (UNWRA) Christopher Gunness. Dia menyatakan bahwa Hamas tidak menggunakan gedung sekolah tersebut untuk menyerang tentara Israel.

Sekolah PBB juga diberi tanda jelas berupa bendera PBB. Selain itu, Israel punya pendeteksi lokasi GPS yang akurat, sehingga sulit diterima jika mereka salah sasaran. Juru bicara Hamas juga menolak tuduhan penembakan roket ke Israel itu dilancarkan dari dalam sekolah.

Lebih dari 625 orang Palestina kini dipastikan terbunuh dan 2.900 lainnya terluka sejak Israel memulai gempuran 12 hari lalu. Para pejabat Kementerian Kesehatan Palestina menuturkan, setidaknya 195 anak menjadi korban jiwa dalam konflik tersebut.

Dari pihak Israel, delapan tentara tewas. Empat orang di dalam wilayah Israel terbunuh oleh roket. (ap/afp/kim/fia)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com