Rabu, Januari 07, 2009

Ratu Jordania Minta Stop Pembantaian Sipil

AMMAN (RP) - Rintihan anak-anak dan ibu-ibu Palestina menembus dinding tebal Kerajaan Jordania. Tangis kelompok yang paling menderita oleh serbuan Israel itu menggedor pintu hati Ratu Rania (38).

Istri Raja Jordania Abdullah itu langsung bangkit menyipakkan kemewahan istana dan memilih bergabung dengan puluhan wakil berbagai kelompok masyarakat dan organisasi relawan untuk mengimbau agar pertempuran di Gaza dihentikan.

’’Hari ini kita melihat wajah paling buruk dari pelanggaran hak asasi manusia, yaitu hak dasar setiap orang untuk hidup dengan aman, tenang, dan damai, bahkan untuk dikubur layaknya manusia bermartabat,’’ ujar ratu berjuluk Mutiara dari Jazirah Arabia itu dalam jumpa pers di Amman, Selasa (6/1).

Siang itu sang ratu memang amat bersemangat. Berbicara di hadapan puluhan wartawan mancanegara dengan rambut panjang tergerai, ratu jelita itu mengajak masyarakat dunia supaya menentang serangan Israel dan menuntut agar pembantaian terhadap warga sipil Palestina, khususnya anak-anak dan perempuan, dihentikan. ’’Terhadap anak-anak Palestina yang tewas, apa yang bisa kita sampaikan kepada ibu-ibu mereka? Siapa yang bisa menjelaskan kepada ibu Palestina yang kehilangan lima anaknya sekaligus hanya dalam sehari?’’ ujarnya sambil berusaha membendung air mata yang akan tumpah.

Selanjutnya, Ratu Rania membacakan dengan keras satu di antara dua butir pernyataan Deklarasi Hak Asasi Manusia tentang penegasan semua manusia berderajat sama.

’’Apakah deklarasi ini sekarang tidak berlaku universal? Atau, rakyat Gaza bukanlah manusia yang dimaksud dalam pasal-pasal deklarasi ini sehingga pemimpin dunia diam saja?’’ tanyanya.

Palestina memang mendapat tempat khusus di hati perempuan lulusan administrasi bisnis dari American University di Kairo itu. Darah Palestina mengalir dalam tubuhnya.

Ratu Rania dilahirkan di Kuwait pada 1970 dari keluarga keturunan Palestina. Dia menikah dengan Abdullah, pada 10 Juni 1993. Rania dan Abdullah dikaruniai empat anak, Hussein (lahir 1994), Iman (1996), Salma (2000) dan Hashem (2005).

Selain merasakan langsung beratnya tugas seorang ibu, kepedulian Ratu Rania kepada anak-anak terkait posisinya sebagai penyokong utama badan dunia yang menangani masalah anak (UNICEF) sejak Januari 2008.

’’Mencintai anak-anak adalah insting dasar manusia,’’ ujar pemilik nama asli Rania Al Yasin itu.

Meski banyak tugas yang kini dipikul Rania, mengutip majalah Time, Ratu Rania mengatakan bahwa tak ada tugas yang terlalu sulit untuk menjadi teladan wanita Arab atau juru bicara mereka. Rania boleh jadi sebagai potret baru mendiang Putri Diana, perempuan yang berada di kalangan kerajaan, tapi tak segan-segan menjadi seorang aktivis kemanusiaan.(ap/kim/fia)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com