Kamis, Januari 01, 2009

Jam Gadang Bukittinggi Ditutup

Kado di Usia 82 Tahun
BUKITTINGGI (RP) - Kontroversi tidak dapat dihindari, tapi Wali Kota Bukittinggi bersama Muspida tetap satu hati untuk menyelubungi Jam Gadang dengan marawa, Rabu (31/12). Tindakan tersebut selain untuk melindungi agama dan norma, juga akan dicatat sebagai sejarah, karena untuk pertama kalinya setelah 82 tahun Jam Gadang ditutup.

Delapan orang pemanjat tebing dari Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Bukittinggi kemarin telah mempersiapkan teknis pemasangan kain selubung penutup Jam Gadang. Ade Firdaus, Roland Syahrul, M Syarif, Yogi Wira, Ardiles, Weri Irawan, Rahmat Ardianto dan Ismail dari FPTI tentu belum menyadari, nama mereka akan tertuang dalam sejarah sebagai tim pemanjat pertama yang akan bertindak sebagai eksekutor penutupan Jam Gadang.

Selubung Jam Gadang dinaikkan oleh kedelapan pemanjat tebing tadi pada 31 Desember 2008, sekitar delapan jam sebelum jarum menunjuk pukul 00.00 WIB diawal fajar 2009. Diperkirakan seluruh Muspida akan hadir pada pemasangan selubung tadi, dan diprediksi seremoni tersebut akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan, lebih besar dibanding menunggu detik Tahun Baru 2009 sambil menunggu berdempetnya jarum panjang dan pendek.

Pada sesi latihan terakhir, delapan tim pemanjat dari FPTI berada pada puncak Jam Gadang, pada posisi berpasangan pada keempat sudut dibibir teras atas. Diujung teras itu sendiri saat ini telah terpasang sling (kawat baja) di setiap sisi, yang direntangkan pada 4 sisi pada teras bawah basement Jam Gadang. Sling itulah yang nantinya akan dijadikan jalur snapering (meluncur) oleh ke delepan pemanjat yang turun berpasangan.

Ketika delapan pemanjat tadi meluncur turun, saat itu pula kain selubung yang terletak di teras basement Jam Gadang terangkat hingga ujungnya menyangkut di puncak teras atas dan kemudian menutup seluruh fisik Jam Gadang. Diperkirakan atraksi pemasangan selubung tersebut akan menghabiskan waktu antara empat hingga lima menit, dan akan menjadi rentang waktu tertorehnya sejarah baru sejak keberadaan Jam Gadang itu sendiri.

Jika menoleh sedikit kebelakang, Jam Gadang merupakan menara jam yang telah tercatat sebagai salah satu simbol Kota Bukittinggi sebagai ikon wisata. Bahkan saat ini Jam Gadang juga telah menjadi ikon Sumbar, karena memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun. Menara jam tersebut dibangun sekitar 1926, oleh perancang bangun dari Sumbar sendiri, yaitu Yazid Sutan Gigi Ameh, saat masa pemerintahan Controleur Belanda Rook Maker.

Konon sejarahnya, yang menandai dimulainya pembangunan menara Jam Gadang bukan Rook Maker, tapi dipercayakan kepada anaknya sendiri. Barangkali di situ pula letak salah satu keunikan kehadiran Jam Gadang, termasuk beberapa ciri-ciri fisik setelah bangunan menara tadi selesai dikerjakan. Seperti yang dapat dibuktikan dari sejumlah foto-foto tua tentang Jam Gadang, di mana kubahnya beberapa kali pernah diganti bentuknya, mulai dari yang berkarakteristik seperti patung ayam jantan.

Ketika Belanda takluk dan kolonialis berganti ke tampuk penjajahan Jepang, kubah Jam Gadang juga diganti berbentuk Klenteng. Bahkan setelah masa kemerdekaan, kubah tadi kembali diganti motifnya menjadi gaya arsitektur gonjong rumah gadang. Yang tidak berubah adalah ukuran diameter jam dengan lingkar 80 sentimeter, serta ukuran basement dasar 13 x 4 meter dan memiliki empat tingkat dengan tinggi mnencapai 26 meter.(azf)

Tidak ada komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com